Rabu, 23 Mei 2012

PERENCANAAN TEST
(Mengembangkan Bahan Ujian dan Penilaian)


Oleh 
Asy'ariy

PENDAHULUAN
Menurut Mahrens & Lehmann (1978: 5) evaluasi adalah suatu proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan. Ia adalah suatu proses dimana hasil sebuah program diuji untuk diketahui hasilnya. Evaluasi tidak dapat dipisahkan dengan pengukuran (measurements) dan test. Pengukuran (measurements) adalah bagian umum yang menunjukkan ketetapan hasil atau karakteristik  dengan arti sebagai alat penilaian (Tuckman, 1975: 12), sedangkan test adalah instrument yang digunakan untuk mengumpulkan data  seseorang yang ditest.
          Setiap program pembelajaran diperlukan sebuah evaluasi. Evaluasi dipergunakan  untuk mengumpulkan informasi menyeluruh dan akurat mengenai perkembangan input-proses-dan output. Secara khusus evaluasi dipergunakan untuk membuat sebuah kesimpulan terhadap pencapaian siswa dalam suatu program tertentu. Salah satu alat evaluasi adalah penilaian atau test.

TUJUAN TEST
          Test adalah suatu alat atau prosedur sistematis untuk pengukur sebagian perilaku seseorang. Pada umumnya test berupa sekumpulan butir soal yang dirakit menurut kriteria tertentu (Depdikbud, 1994).
Tujuan test yang penting mengacu pada Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) adalah untuk: (a) mengetahui tingkat kemampuan peserta didik, (b) mengukur pertumbuhan dan perkembangan peserta didik, (c) mendiagnosis kesulitan belajar pesrta didik, (d) mengetahui hasil pengajaran, (e) mengetahui hasil belajar, (f) mengetahui pencapaian kurikulum, (g) mendorong peserta didik belajar, dan (h) mendorong guruagar mengajar lebih baik (K 2004: 2003).
          Ditinjau dari tujuannya, ada empat macam test yang banyak digunakan di lembaga pendidikan, yaitu: (a) test penempatan (placement test), (b) test diagnostik, (c) test formatif, dan (d) test sumatif (Thordike dan Hagen, 1977).  Sistem penilaian berbasis kompetensi pada umumnya menggunakan test diagnostik, formatif, dan sumatif.
          Test penempatan dilaksanakan pada awal pelajaran dan digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan yang telah dimiliki peserta didik. Test diagnostik dipergunakan untuk mengetahui kesulitan belajar yang dihadapi siswa termasuk kesalahan pemahaman konsep. Test formatif bertujuan untuk memperoleh masukan tentang tingkat keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran. Masukan ini berguna untuk memperbaiki strategi mengajar. Sedangkan test sumatif diberikan diakhir suatu pelajaran, atau akhir semester. Hasilnya digunakan untuk menentukan keberhasilan peserta didik.

BENTUK TEST OTENTIK
          Secara umum bentuk test dalam pengujian dibedakan menjadi dua bagian besar, yaitu:
  1. Test standar atau yang distandarkan (standardized test), misalnya Ujian Akhir Nasional dan sejenisnya
  2. Test buatan guru (Teacher’s made test)
Test buatan guru merupakan bagian dari kerangka dan rangkaian penilaian otentik (Authentic Assessment) dalam K 2004 BK. Dalam Penilaian Otentik, test merupakan bagian tak terpisahkan dari proses pembelajaran. Penilaian tersebut dapat dibagi menjadi:
a)    Test tertulis (pen and paper test) bisa berbentuk obyektif maupun non obyektif (test yang paling banyak digunakan dalam penilaian dan merupakan bahasan terbesar). Implementasi test tertulis bisa dalam kerangka ulangan blok, ulangan harian, ujian komprehensif akhir semester, dan bahkan ujian akhir sekolah/madrasah.
b)   Portofolio (hasil Kerja dalam bentuk bendel kerja) adalah test yang dilaksanakan selama program berjalan dan merupakan test kemajuan berkelanjutan, misalnya tugas merangkum materi, pemberian PR, hasil laporan kerja praktik, dan lain-lain
c)    Product (hasil karya) dalam bentuk pengembangan organisasi gagasan atau ide siswa, misalnya membuat karya tulis pendek dengan menjawab apa pendapatmu tentang……?, membuat puisi, cerpen, problem solving, dan lain sebagainya
d)    Performance (kinerja) atau sering disebut test praktik yang mengukur kinerja atau perbuatan dari hasil pemahaman, pengetahuan, dan penerapan konsep dalam bentuk test yang bisa diamati (misalnya: secara fisik), test praktik olah raga, memainkan alat musik, wawancara, malafalkan ayat, praktik ibadah, dan lain sebagainya
e)    Project (penugasan) baik individu maupun berkelompok dengan ciri khas dilakukan dalam waktu yang relatif lebih lama daripada test-test lainnya, misalnya siswa ditugaskan melakukan pengamatan terhadap sesuatu dan melaporkan secara tertulis hasil dari pengamatannya, siswa ditugaskan melakukan eksperimen, wawancara, dan tugas lainnya dan kemudian melaporkan secara tertulis (atau lisan).

PEMILIHAN BENTUK TEST TERTULIS
          Dalam pengujian (terutama kognitif) dikenal dua macam bentuk test, yaitu (1) test objektif, dan (2) test Uraian (Non Objektif)
1. Test Objektif
Test Objektif adalah test yang biasanya hanya mempunyai satu jawaban benar dan dapat dinilai secara mekanis. Test obyektif biasanya mempunyai kelemahan mendasar bahwa ia mudah di jawab. Soal-soal yang termasuk dalam kategori objektif test antara lain: unstructured format dan completion format, True-false (yes/no) format, multiple choice format, dan matching format, dimana  jawabanya telah ditetapkan/dibakukan (fixed) hanya dengan satu jawaban benar. Bentuk lain yang termasuk test objektif adalah transformation, combination, edition, dan rearrangement.
 Soal dengan jawaban singkat (Short-answer items) diatas juga  dipakai untuk mengukur pengetahuan (Knowledge) dan pemahaman (Comprehension) yang merupakan proses berpikir (Taxonomy) tingkat pertama dan kedua. Dengan test jenis ini guru bermaksud untuk mengukur seberapa jauh pengetahuan dan pemahaman materi ajar yang dipunyai siswa dan dipergunakan untuk menilai perkembangan belajar siswa, mengetahui kelemahan-kelemahan dan untuk mendapatkan masukan mengenai tujuan pembelajaran yang disusun. Pilihan jawaban pada jenis item ini ada yang bersifat bebas (free choice). misalnya soal jenis unstructured format dan completion format dan ditetapkan/dibakukan (fixed), misalnya True-false (yes/no) format, multiple choice format, dan matching format. Dalam penyusunan short-answer item, guru diasumsikan telah melengkapi tiga langkah utama, yaitu: 1) menetapkan tujuan, 2) menempatkan tujuan-tujuan tersebut dalam bentuk kerangka isi (content outline), dan 3) menulis item sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
          Jenis-jenis short-answer items yang disebut diatas punya beberapa kelemahan dan kelebihan, misalnya: dalam hal kemudahan menjawab (seperti True/False test), kesulitan dalam penilaian (unstructured format).
          Khusus untuk jenis  multiple choice format, ia adalah jenis paling popular dalam test obyektif. Sebuah butir soal biasanya menawarkan 3-5 pilihan jawaban dengan satu jawaban yang benar. Meskipun karakteristik soal yang baik cukup sulit dibuat, jenis ini memiliki beberapa kelebihan antara lain:
1)    Soal yang tersusun dengan baik potensial untuk mengukur pemahaman dan aplikasi
2)    Mudah dianalisis dan dinilai
Namun ada juga beberapa kelamahannya antara lain:
(1) Peserta test bisa menjawab meskipun ia tidak mengerti
(2)  Konstruk evaluasi bisa bergeser menjadi test sikap daripada test pengetahuan.
(3)  Untuk mengetahui validitasnya maka perlu diadakan serangkaian uji coba, analisis dan perbaikan sehingga memerlukan proses yang panjang dan rumit. Kesemuanya itu adalah kelemahan dari Multiple choice format.

2. Test Uraian/Non Objektif (Essay-type items)
Soal jenis uraian (Essay-type items) adalah soal yang dipakai untuk mengukur proses berpikir, yaitu: Application, Analysis, Synthesis, dan Evaluation. Essay-type items  memberi kesempatan kepada peserta test untuk menyusun dan mengarang jawabannya sendiri dalam batas-batas yang relatif lebih luas. Essay test mampu membuat peserta test untuk menunjukkan kemampuannya dalam menerapkan pengetahuan dan menganalisa, membuat sintesa, dan mengevaluasi  informasi yang diterima.  Soal jenis uraian, yang biasa disebut soal subjektif, adalah jenis soal yang mengharuskan peserta test untuk memikirkan apa yang harus menjadi jawaban (apa yang harus dikatakan) dan mengungkapkan ide (apa yang telah dipikirkan) sebaik mungkin. Essay-type items mempunyai ciri-ciri dan mengukur proses berpikir sebagai berikut
a)    Soal yang mengukur “application” harus menunjukkan sesuatu yang kongkrit, menuntut bahwa tindakan atau pilihan yang dibuat relevan dengan situasi supaya sesuai dengan tugas yang diberikan. Tindakan (act) atau pilihan (choice) yang dibuat harus berdasarkan pengetahuan yang telah diterima peserta test.
b)   Soal yang mengukur “analysis” punya syarat yang sama dengan soal “application” yaitu adanya setting atau situasi dan respon atas perintah yang terdapat dalam analisis butir soal biasanya menuntut siswa untuk mengidentifikasi elemen-elemen khusus, hubungan-hubungan atau prinsip-prinsip yang bersifat organisasional.
c)    Soal yang mengukur “synthesis” berupa items yang memberikan masalah-masalah untuk dipecahkan oleh peserta test. Sintesis harus diukur dibawah kondisi yang bisa memberikan pekerjaan yang kreatif.
d)    Soal yang mengukur “evaluation” berisi dua bagian, yaitu: 1) yang harus dievaluasi dan 2) perintah untuk merespon (response instruction)
          Essay-type items menghasilkan jawaban (renspose) yang mungkin tidak bisa dibandingkan antara satu jawaban dan lainnya. Disamping itu penilaian adalah satu permasalahan dari test essay. Proses penilaiannya ternyata lebih sulit daripada pada membuat soalnya. Sedangkan yang dinilai adalah apakah isi atau jawaban yang diberikan oleh peserta test membuat penguji bisa menyimpulkan apakah siswa berpengetahuan  luas dalam bidang itu. Karena pengetahuan merupakan pondasi bagi pemikiran dan keahlian pemecahan masalah, maka beberapa pengetahuan dibutuhkan sebagai prasyarat untuk memecahkan masalah. Kesulitan penilaian ini adalah salah satu kesulitan/kelemahan dalam penerapan test essay. Kelemahan lainnya adalah hasil test tersebut sulit dianalisis baik butir-butirnya maupun hasilnya.
          Disamping dua jenis test tertulis tersebut diatas, dalam KBK terdapat berbagai macam test yang mengukur baik kinerja (performance) maupun sikap peserta didik, misal test petik kerja, test portofolio, dan lain-lain yang juga termasuk test proses kemajuan berkelanjutan (dibahas tersendiri)

LANGKAH PENGEMBANGAN TEST TERTULIS

          Dalam KBK, secara ideal ada sembilan langkah yang harus ditempuh dalam mengembangkan test hasil atau prestasi belajar, yaitu:
  1. menyusun specifikasi test
  2. menulis soal test
  3. menelaah soal test
  4. melakukan uji coba test
  5. menganalisis butir soal
  6. memperbaiki test
  7. merakit test
  8. melaksanakan test, dan
  9. menafsirkan hasil test
Langkah awal dalam mengembangkan test adalah menetapkan specifikasi test, yaitu berisi uraian yang menunjukkan keseluruhan karakteristik yang harus dimiliki suatu test. Penyusunan specifikasi test mencakup kegiatan: (a) menentukan tujuan test, (b) menyusun kisi-kisi test, (c) memilih bentuk test, dan (d) menentukan panjang test. Dalam test berbasis kompetensi dasar, ada tiga langkah dalam mengembangkan kisi-kisi test, yaitu (a) menulis kompetensi daar, (b) menulis materi pokok, (c) menentukan indicator, dan (d) menentukan jumlah soal.

PEDOMAN PENSKORAN TEST TERTULIS
          Untuk menghindari subjektivitas korektor, terutama untuk soal bentuk uraian,  pedoman penskoran sangat diperlukan. Pedoman penskoran ini merupakan petunjuk yang menjelaskan tentang batasan atau kata kunci atau kata-kata kunci untuk melakukan penskoran terhadap soal bentuk uraian, dan kriteria jawaban yang dipergunakan untuk melakukan penskoran pada soal bentuk uraian non-objektif
1. Contoh untuk penskoran jawaban tebakan (test objektif)
                        B                
          Skor =   ------- X 100
                        N     

          B        =  banyaknya butir yang dijawab benar
          N        =  adalah banyaknya butir soal

2.  Pedoman penskoran soal uraian objektif, menggunakan skor per langkah atau isi jawaban yang sudah ditentukan dari skor maksimum, contoh:
    
                   Langkah                  Kunci Jawaban                            Skor
                        1              Isi balok = panjang x lebar x tinggi            1
                        2                          = 150 cm x 80 cm x 75 cm         1
                         3                          ………………………..                     1                                              4                            ………………………..                    1                                           5                         = 900 liter                                 1                                                                          
                                                                       Skor maksimum                     5      

    Untuk pendoman penskoran uraian non objektif, biasanya dipergunakan kriteria   
     jawaban dan rentang skor dari skor maksimum.

PENUTUP
          Tentu test yang baik adalah test yang disusun dengan prosedur, aturan, dan teknis yang baku yang bisa memenuhi standar validitas, baik validitas konstruk, isi, perwajahan, maupun keandalannya dalam rentang waktu tertentu.


SUMBER BACAAN
Depdikbud, 1994. Penyusunan, Penskoran dan Penggunaan Test Prestasi Belajar Bentuk Urian. Balitbang Pendidikan dan Kebudayaan Depdikbud
Heaton, J.B. 1974. Writing English Language Test. London: Longman
Kurikulum 2004 SMA, Pedoman Umum Pengembangan Penilaian: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Timur
Tuckman, Bruce. W.1975. Measuring Educational Outcomes. USA: Harcourt Brace Jovanovich inc.
Weir, Cyril J.1990. Communicative Language Testing. London: Prentice Hall.

Hebatnya Ciptaan Allah. Subhanallah

EduCom posting

Assalamu'alaikum teman-teman, ini adalah postingan pertama saya. Insyaallah blog ini nanti akan saya isi dengan artikel-artikel dan info-info tentang pendidikan. Semoga bermanfaat