MEMBANGUN KARAKTER SEKOLAH
(Bagian 1)
Oleh
Asy’ariy, M.Pd
Prolog
Sering kali
muncul pertanyaan, bagaimana ciri sekolah yang memiliki karakter?, bagaimana
ciri sekolah yang baik dan bermutu? Apakah yang memiliki program-program
wah...seperti RSBI, sekolah unggul, full-day
school, atau sekolah yang beayanya mahal, peralatannya luks dan lengkap? Atau
sekolah kejuruan yang memberi ketrampilan terapan? Atau sekolah yang input
siswanya disaring dan diseleksi secara ketat?. Seabrek pertanyaan tersebut
selalu muncul jika tema pembicaraan adalah tentang sekolah yang baik dan
bermutu.
Dalam perkembangan dunia pendidikan di Indonesia
lima tahun terakhir muncul berbagai inovasi pendidikan baik yang dilakukan oleh
pemerintah (baca: Depdiknas) maupun oleh swasta / masyarakat. Dari pemerintah
muncul stempel SSN, SBI, Akselerasi, dan lain sebagainya. Sedangkan dari swasta
muncul berbagai macam dan bentuk misalnya sekolah alam, sekolah kreatif,
sekolah terpadu, dan lain-lain. Tujuan inovasi tersebut adalah untuk
mengembangkan mutu pendidikan secara nasional setidaknya secara parsial ikut
membantu pembangunan dibidang sumber daya manusia. Namun persoalan yang muncul
salah satunya adalah sulitnya akses pendidikan unggul tersebut bagi anak dari
keluarga yang kurang beruntung. Sehingga sekolah-sekolah biasa (baca: tidak
begitu baik) menjadi jujugan yang terakhir ini.
Esensi pendidikan adalah belajar dan belajar untuk
mengubah tingkah laku dan dilakukan sepanjang hayat. Untuk itu perlu penyadaran
bahwa lembaga pendidikan adalah sebuah wahana untuk membentuk 5 pillar
pendidikan, yaitu 1) belajar mengetahui (learning
to know), 2) belajar melakukan (Learning
to do), 3) belajar hidup bersama (learning
to live together ), 4) belajar
menjadi diri sendiri (learning to be),
dan 5) belajar cara belajar (learning to
learn). 5 pilar tersebut seharusnya memberi inspirasi sekolah untuk
mengembangkan peserta didik dan lembaga yang memiliki karakter. Karakter yang
dimaksud adalah ciri khas positif yang dikembangkan oleh sekolah/sekolah
meliputi ranah kemampuan berpikir, ranah ketrampilan, dan ranah sikap (akhlak).
Character building sebuah sekolah/sekolah
bercirikan pilar pendidikan dan 3 ranah tersebut.
STRATEGI PENGEMBANGAN
KARAKTER
Sekolah sebagai sebuah lembaga
pendidikan secara ideal adalah wahana untuk membentuk karakter positif (akhlak
al karimah). Banyaknya kasus negatif yang menimpa dunia pendidikan,
misalnya tawuran antar pelajar, penganiayaan, intimidasi pendidikan, dan lain
sebagainya (sering disebut pula Kekerasan Dalam Dunia Pendidikan/KDDP)
merupakan indikator kegagalan pembentukan budaya belajar dan karakter positif.
Karakter positif berupa etos kerja/belajar, perilaku dan tanggung jawab
belajar, sikap positif terhadap tugas dan tanggung jawab, kejujuran, saling menghormati,
dan lain sebagainya sering terabaikan bahkan dilupakan.
Membentuk budaya belajar dan karakter positif adalah tugas utama pendidikan
utamanya pendidik (guru) dan tenaga kependidikan. Guru sebagai pelaku utama
pembentukan karakter menempati garda terdepan dan sebagai potret yang selalu
menjadi pusat perhatian berhasil tidaknya pembentukan karakter positif dan
budaya budaya belajar. Upaya membangun dan mewujudkan lingkungan berbudaya
belajar tinggi yang sarat dengan karakter positif adalah sebuah keniscayaan. Sekolah
sebagai lembaga pendidikan berciri khas Islam dituntut untuk mampu membangun
karakter positif tidak hanya berupa menguatnya karakter dan budaya belajar tapi
juga akses keilmuan ditunjukkan dengan budaya dan lingkungan belajar yang positif
berorientasi mutu dan akhlak al karimah bagi semua civitasnya.