SELAMAT IDUL FITRI 1433 H
MOHON MAAF LAHIR BATHIN
SEMOGA ALLAH SELALU MELIMPAHKAN RAHMATNYA PADA KITA
TAQOBBALALLAHU MINNA WA MINKUM
EduCom: Share for Profesionalism and Attitude
Minggu, 26 Agustus 2012
Minggu, 22 Juli 2012
Seri Pendidikan Karakter
MEMBANGUN KARAKTER SEKOLAH
(Bagian 2)
Oleh
Asy’ariy, M.Pd
PENGEMBANGAN DIRI DAN UPAYA MENCIPTAKAN BUDAYA BELAJAR
Budaya belajar dan karakter positif tidak bisa datang tiba-tiba meskipun
secara haqiqi manusia dilahirkan berpotensi menjadi baik, berakhlak mulia,
pintar, mandiri, dan sebagainya. Namun yang perlu diingat bahwa manusia bisa
melakukan sesuatu yang baik dan berguna bagi diri dan lingkungannya karena
belajar, sebab konsep belajar itu sendiri adalah upaya mengubah perilaku.
Sehingga untuk mewujudkan budaya belajar dan karakter positif sekolah dan
lembaga pendidikan lain perlu menyusun suatu program yang mampu membawa input
(masukan/siswa) menjadi output (keluaran) yang kompetitif dan mulia
sesuai dengan tujuan pendidikan itu sendiri.
Problem utama lembaga pendidikan adalah bagaimana membangun budaya dan
karakter belajar. Budaya belajar tersebut menyangkut perilaku positif civitas sekolah,
tidak hanya peserta didik tapi juga tenaga pendidik dan anggota civitas
lainnya, untuk selalu belajar dan mengembangkan mutu diri. Karakter belajar
bisa dimaknai sebagai internalisasi dan aktualisasi usaha belajar dalam
kehidupan sehari-hari.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang disusun dan dikembangkan
oleh satuan pendidikan secara integratif antara aturan pemerintah melalui
Permendiknas No 22 dan 23 tahun 2006 tentang Standar Isi dan SKL dengan
kebutuhan dan ijtihad riil di satuan pendidikan masing-masing sangat
memungkinkan untuk memasukkan upaya sistematis membangun karakter dan budaya
belajar melalui program pengembangan diri. Secara khusus pengembangan diri
adalah kegiatan yang bertujuan mengembangkan potensi peserta didik secara
optimal, yaitu menjadi manusia yang mampu menata diri dan menjawab berbagai
tantangan, baik dari dirinya sendiri maupun dari lingkungannya secara
adaptif dan konstruktif baik di
lingkungan keluarga maupun masyarakat.
Bentuk pengembangan diri adalah meliputi kegiatan
terstruktur diluar kegiatan belajar mengajar intrakurikuler, yang mencakup
ruang lingkup:
1.
keimanan
dan ketaqwaan terhadap Tuhan YME
2. kesadaran
mengikuti aturan
3. kesadaran
akan kemandirian dan bersosialisasi
4. kesadaran
untuk mengembangkan panca indera
5. kesiapan
menuju kematangan
6. kematangan
untuk melakukan aktivitas dalam suasana normal
7.
kemampuan
ketrampilan hidup yang dasar dan ketrampilan sosial
8. ketrampilan
mengelola perasaan, agresivitas, dan stress
9. ketrampilan
merencanakan
10. ketrampilan
memecahkan masalah
11. ketrampilan
pengembangan diri
Contoh Program Pengembangan Diri
No
|
Jenis
Pengemba-ngan Diri
|
Standar Kompetensi
|
Kompetensi Dasar
|
Sasaran
|
1
|
Seni Baca Al Qur’an
|
Mengembangkan kecintaan pada al Qur’an melalui seni baca
al Qur’an
|
1.
Menumbuhkembangkan sifat cinta terhadap agama
khususnya pada kitab suci Al Qur’an
2.
Melestarikan budaya Islami
|
Seluruh kelas
|
2
|
dst
|
dst
|
dst
|
dst
|
Pengembangan diri
dikembangkan oleh sekolah melalui studi dan analisis kritis kebutuhan peserta
didik yang menyangkut bakat, minat, dan orientasi pasca studi. Sebagai
pendukung utama dari kompetensi akademik, pengembangan diri bisa dirancang
berdasarkan visi, misi, dan tujuan sekolah. Dalam KTSP dokumen I, pengembangan
diri merupakan program penjabaran dari visi dan misi sekolah/sekolah. Dengan
tujuan dan indiktor yang terukur, pengembangan diri diyakini mampu meningkatkan
budaya belajar siswa dan budaya mengembangkan mutu diri.
Implementasi pengembangan
diri dalam kegiatan belajar sehari-hari menyangkut 3 (tiga) hal mendasar, yaitu (1) Standar
kompetensi dan indikator pengembangan diri, (2) mekanisme kegiatan, dan (3)
penilaian dan pelaporan hasil. Sebagai program lembaga sekolah diperbolehkan
mewajibkan peserta didik untuk mengikuti pengembangan diri yang ditentukan
selain layanan konseling. Memilih jenis pengembangan diri yang wajib diikuti
oleh siswa/peserta didik adalah yang tekait langsung dengan pencapaian visi dan
misi sekolah.sekolah.
Penyusunan standar kompetensi, mekanisme kegiatan,
dan penilaian / pelaporan dilakukan dalam suatu rapat kerja Pembina dan sekolah
untuk merumuskan sasaran dan prosedur operasi standar (POS) kegiatan
pengembangan diri. Sehingga tersusun suatu mekanisme standar yang mampu
diimplementasikan dan dilaporkan kepada masyarakat dan wali murid secara
bertanggung jawab. Tujuan akhir dari output/keluaran yang diharapkan adalah
lulusan yang tangguh, berbudaya belajar tinggi, dan memiliki keunggulan
akademis tinggi.
Senin, 11 Juni 2012
Pendidikan Karakter
MEMBANGUN KARAKTER SEKOLAH
(Bagian 1)
Oleh
Asy’ariy, M.Pd
Prolog
Sering kali
muncul pertanyaan, bagaimana ciri sekolah yang memiliki karakter?, bagaimana
ciri sekolah yang baik dan bermutu? Apakah yang memiliki program-program
wah...seperti RSBI, sekolah unggul, full-day
school, atau sekolah yang beayanya mahal, peralatannya luks dan lengkap? Atau
sekolah kejuruan yang memberi ketrampilan terapan? Atau sekolah yang input
siswanya disaring dan diseleksi secara ketat?. Seabrek pertanyaan tersebut
selalu muncul jika tema pembicaraan adalah tentang sekolah yang baik dan
bermutu.
Dalam perkembangan dunia pendidikan di Indonesia
lima tahun terakhir muncul berbagai inovasi pendidikan baik yang dilakukan oleh
pemerintah (baca: Depdiknas) maupun oleh swasta / masyarakat. Dari pemerintah
muncul stempel SSN, SBI, Akselerasi, dan lain sebagainya. Sedangkan dari swasta
muncul berbagai macam dan bentuk misalnya sekolah alam, sekolah kreatif,
sekolah terpadu, dan lain-lain. Tujuan inovasi tersebut adalah untuk
mengembangkan mutu pendidikan secara nasional setidaknya secara parsial ikut
membantu pembangunan dibidang sumber daya manusia. Namun persoalan yang muncul
salah satunya adalah sulitnya akses pendidikan unggul tersebut bagi anak dari
keluarga yang kurang beruntung. Sehingga sekolah-sekolah biasa (baca: tidak
begitu baik) menjadi jujugan yang terakhir ini.
Esensi pendidikan adalah belajar dan belajar untuk
mengubah tingkah laku dan dilakukan sepanjang hayat. Untuk itu perlu penyadaran
bahwa lembaga pendidikan adalah sebuah wahana untuk membentuk 5 pillar
pendidikan, yaitu 1) belajar mengetahui (learning
to know), 2) belajar melakukan (Learning
to do), 3) belajar hidup bersama (learning
to live together ), 4) belajar
menjadi diri sendiri (learning to be),
dan 5) belajar cara belajar (learning to
learn). 5 pilar tersebut seharusnya memberi inspirasi sekolah untuk
mengembangkan peserta didik dan lembaga yang memiliki karakter. Karakter yang
dimaksud adalah ciri khas positif yang dikembangkan oleh sekolah/sekolah
meliputi ranah kemampuan berpikir, ranah ketrampilan, dan ranah sikap (akhlak).
Character building sebuah sekolah/sekolah
bercirikan pilar pendidikan dan 3 ranah tersebut.
STRATEGI PENGEMBANGAN
KARAKTER
Sekolah sebagai sebuah lembaga
pendidikan secara ideal adalah wahana untuk membentuk karakter positif (akhlak
al karimah). Banyaknya kasus negatif yang menimpa dunia pendidikan,
misalnya tawuran antar pelajar, penganiayaan, intimidasi pendidikan, dan lain
sebagainya (sering disebut pula Kekerasan Dalam Dunia Pendidikan/KDDP)
merupakan indikator kegagalan pembentukan budaya belajar dan karakter positif.
Karakter positif berupa etos kerja/belajar, perilaku dan tanggung jawab
belajar, sikap positif terhadap tugas dan tanggung jawab, kejujuran, saling menghormati,
dan lain sebagainya sering terabaikan bahkan dilupakan.
Membentuk budaya belajar dan karakter positif adalah tugas utama pendidikan
utamanya pendidik (guru) dan tenaga kependidikan. Guru sebagai pelaku utama
pembentukan karakter menempati garda terdepan dan sebagai potret yang selalu
menjadi pusat perhatian berhasil tidaknya pembentukan karakter positif dan
budaya budaya belajar. Upaya membangun dan mewujudkan lingkungan berbudaya
belajar tinggi yang sarat dengan karakter positif adalah sebuah keniscayaan. Sekolah
sebagai lembaga pendidikan berciri khas Islam dituntut untuk mampu membangun
karakter positif tidak hanya berupa menguatnya karakter dan budaya belajar tapi
juga akses keilmuan ditunjukkan dengan budaya dan lingkungan belajar yang positif
berorientasi mutu dan akhlak al karimah bagi semua civitasnya.
Sabtu, 02 Juni 2012
RENUNGAN "KESUKSESAN"
RENUNGAN "KESUKSESAN"
Oleh
Asy'ariy
Sering kita jumpai seseorang menjadi terkenal dan sukses karena peran orang lainnya. Seorang penyanyi menjadi terkenal karena sebuah lagu dan sebuah lagu tentu ada penciptanya yang sering kali tidak terekspos. Juga pendukung lain seperti aransemen musik dan musisi lainnya. Sudah bukan rahasia umum seseorang terkenal tidak menyebut siapa dibalik keterkenalan dan kesuksesannya itu. Bakat atau bentukan tetap ada peran penting orang lain yang mengantarkannya. Jika beruntung orang yang sukses dan terkenal yang sering disebut "public figure" masih sadar dengan mengkaitkan kesuksesan dan ketenarannya karena seseorang diluar sana.
Ini tidak dalam dunia pendidikan bahwa keberhasilan seorang anak didik tidak serta merta menjadi keberhasilan dia sendiri tapi menjadi keberhasilan guru dan lembaga pendidikan. Siswa sukses karena gurunya sukses mengajar dan guru yang sukses mengajar karena lembaga memberi peluang dan kesempatan serta dukungan penuh untuk sukses. Kondisi ini berbeda dengan dunia hiburan atau dunia gemerlap lainnya yang sering menafikan peran penting orang lain. Dunia pendidikan sebagaimana tuntunan agama bahwa belajar wajib hukumnya bagi muslim laki-laki atau perempuan, maka peran guru dan orang tua amat pentingg dalam pembentukan watak, perilaku, dan kepatuhan terhadap norma. Disinilah perlunya memaknai pentingnya merenung atas kesuskesan siswa. Bahwa kesuksesan adalah amanah dan amanah haruslah dijaga dan salah satu wujud syukur dari kesuksesan adalah selalu mengingat jasa orang lain dan berusaha berbuat baik kepada mereka.
SELAMAT ATAS KESUKSESAN DAN KEBERHASILAN DALAM UJIAN NASIONAL TAHUN 2012. SEMOGA BARAKAH DAN BERMANFAAR. SELAMAT PARA GURU SEMOGA ALLAH MEMBALAS KEBAIKAN ANDA SEMUA.
Oleh
Asy'ariy
Sering kita jumpai seseorang menjadi terkenal dan sukses karena peran orang lainnya. Seorang penyanyi menjadi terkenal karena sebuah lagu dan sebuah lagu tentu ada penciptanya yang sering kali tidak terekspos. Juga pendukung lain seperti aransemen musik dan musisi lainnya. Sudah bukan rahasia umum seseorang terkenal tidak menyebut siapa dibalik keterkenalan dan kesuksesannya itu. Bakat atau bentukan tetap ada peran penting orang lain yang mengantarkannya. Jika beruntung orang yang sukses dan terkenal yang sering disebut "public figure" masih sadar dengan mengkaitkan kesuksesan dan ketenarannya karena seseorang diluar sana.
Ini tidak dalam dunia pendidikan bahwa keberhasilan seorang anak didik tidak serta merta menjadi keberhasilan dia sendiri tapi menjadi keberhasilan guru dan lembaga pendidikan. Siswa sukses karena gurunya sukses mengajar dan guru yang sukses mengajar karena lembaga memberi peluang dan kesempatan serta dukungan penuh untuk sukses. Kondisi ini berbeda dengan dunia hiburan atau dunia gemerlap lainnya yang sering menafikan peran penting orang lain. Dunia pendidikan sebagaimana tuntunan agama bahwa belajar wajib hukumnya bagi muslim laki-laki atau perempuan, maka peran guru dan orang tua amat pentingg dalam pembentukan watak, perilaku, dan kepatuhan terhadap norma. Disinilah perlunya memaknai pentingnya merenung atas kesuskesan siswa. Bahwa kesuksesan adalah amanah dan amanah haruslah dijaga dan salah satu wujud syukur dari kesuksesan adalah selalu mengingat jasa orang lain dan berusaha berbuat baik kepada mereka.
SELAMAT ATAS KESUKSESAN DAN KEBERHASILAN DALAM UJIAN NASIONAL TAHUN 2012. SEMOGA BARAKAH DAN BERMANFAAR. SELAMAT PARA GURU SEMOGA ALLAH MEMBALAS KEBAIKAN ANDA SEMUA.
Rabu, 23 Mei 2012
PERENCANAAN TEST
(Mengembangkan
Bahan Ujian dan Penilaian)
Oleh
Asy'ariy
PENDAHULUAN
Menurut
Mahrens & Lehmann (1978: 5) evaluasi adalah suatu proses merencanakan,
memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat
alternatif-alternatif keputusan. Ia adalah suatu proses dimana hasil sebuah
program diuji untuk diketahui hasilnya. Evaluasi tidak dapat dipisahkan
dengan pengukuran (measurements) dan test. Pengukuran
(measurements) adalah bagian umum yang menunjukkan ketetapan hasil atau
karakteristik dengan arti sebagai alat
penilaian (Tuckman, 1975: 12), sedangkan test adalah instrument yang digunakan
untuk mengumpulkan data seseorang yang
ditest.
Setiap
program pembelajaran diperlukan sebuah evaluasi. Evaluasi dipergunakan untuk mengumpulkan informasi menyeluruh dan
akurat mengenai perkembangan input-proses-dan output. Secara khusus evaluasi
dipergunakan untuk membuat sebuah kesimpulan terhadap pencapaian siswa dalam
suatu program tertentu. Salah satu alat evaluasi adalah penilaian atau test.
TUJUAN TEST
Test adalah suatu alat atau prosedur
sistematis untuk pengukur sebagian perilaku seseorang. Pada umumnya test berupa
sekumpulan butir soal yang dirakit menurut kriteria tertentu (Depdikbud, 1994).
Tujuan
test yang penting mengacu pada Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) adalah
untuk: (a) mengetahui tingkat kemampuan peserta didik, (b) mengukur pertumbuhan
dan perkembangan peserta didik, (c) mendiagnosis kesulitan belajar pesrta
didik, (d) mengetahui hasil pengajaran, (e) mengetahui hasil belajar, (f)
mengetahui pencapaian kurikulum, (g) mendorong peserta didik belajar, dan (h)
mendorong guruagar mengajar lebih baik (K 2004: 2003).
Ditinjau dari tujuannya, ada empat
macam test yang banyak digunakan di lembaga pendidikan, yaitu: (a) test
penempatan (placement test), (b) test diagnostik, (c) test formatif, dan (d)
test sumatif (Thordike dan Hagen, 1977).
Sistem penilaian berbasis kompetensi pada umumnya menggunakan test
diagnostik, formatif, dan sumatif.
Test penempatan dilaksanakan pada awal
pelajaran dan digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan yang telah dimiliki
peserta didik. Test diagnostik dipergunakan untuk mengetahui kesulitan belajar
yang dihadapi siswa termasuk kesalahan pemahaman konsep. Test formatif bertujuan
untuk memperoleh masukan tentang tingkat keberhasilan pelaksanaan proses
pembelajaran. Masukan ini berguna untuk memperbaiki strategi mengajar.
Sedangkan test sumatif diberikan diakhir suatu pelajaran, atau akhir semester.
Hasilnya digunakan untuk menentukan keberhasilan peserta didik.
BENTUK TEST OTENTIK
Secara umum bentuk test dalam
pengujian dibedakan menjadi dua bagian besar, yaitu:
- Test standar atau yang distandarkan (standardized test), misalnya Ujian Akhir Nasional dan sejenisnya
- Test buatan guru (Teacher’s made test)
Test
buatan guru merupakan bagian dari kerangka dan rangkaian penilaian otentik (Authentic
Assessment) dalam K 2004 BK. Dalam Penilaian Otentik, test merupakan bagian
tak terpisahkan dari proses pembelajaran. Penilaian tersebut dapat dibagi
menjadi:
a) Test
tertulis (pen and paper test) bisa berbentuk obyektif maupun non obyektif (test
yang paling banyak digunakan dalam penilaian dan merupakan bahasan terbesar).
Implementasi test tertulis bisa dalam kerangka ulangan blok, ulangan harian,
ujian komprehensif akhir semester, dan bahkan ujian akhir sekolah/madrasah.
b) Portofolio
(hasil Kerja dalam bentuk bendel kerja) adalah test yang dilaksanakan selama
program berjalan dan merupakan test kemajuan berkelanjutan, misalnya tugas
merangkum materi, pemberian PR, hasil laporan kerja praktik, dan lain-lain
c) Product
(hasil karya) dalam bentuk pengembangan organisasi gagasan atau ide siswa,
misalnya membuat karya tulis pendek dengan menjawab apa pendapatmu tentang……?,
membuat puisi, cerpen, problem solving, dan lain sebagainya
d) Performance
(kinerja) atau sering disebut test praktik yang mengukur kinerja atau perbuatan
dari hasil pemahaman, pengetahuan, dan penerapan konsep dalam bentuk test yang
bisa diamati (misalnya: secara fisik), test praktik olah raga, memainkan alat
musik, wawancara, malafalkan ayat, praktik ibadah, dan lain sebagainya
e) Project
(penugasan) baik individu maupun berkelompok dengan ciri khas dilakukan dalam
waktu yang relatif lebih lama daripada test-test lainnya, misalnya siswa
ditugaskan melakukan pengamatan terhadap sesuatu dan melaporkan secara tertulis
hasil dari pengamatannya, siswa ditugaskan melakukan eksperimen, wawancara, dan
tugas lainnya dan kemudian melaporkan secara tertulis (atau lisan).
PEMILIHAN BENTUK TEST TERTULIS
Dalam pengujian (terutama kognitif)
dikenal dua macam bentuk test, yaitu (1) test objektif, dan (2) test Uraian
(Non Objektif)
1.
Test Objektif
Test
Objektif adalah test yang biasanya hanya mempunyai satu jawaban benar dan dapat
dinilai secara mekanis. Test obyektif biasanya mempunyai kelemahan mendasar
bahwa ia mudah di jawab. Soal-soal yang termasuk dalam kategori objektif test
antara lain: unstructured format dan completion format, True-false
(yes/no) format, multiple choice format, dan matching format, dimana jawabanya telah ditetapkan/dibakukan (fixed)
hanya dengan satu jawaban benar. Bentuk lain yang termasuk test objektif adalah
transformation, combination, edition, dan rearrangement.
Soal dengan jawaban singkat (Short-answer
items) diatas juga dipakai untuk
mengukur pengetahuan (Knowledge) dan pemahaman (Comprehension)
yang merupakan proses berpikir (Taxonomy) tingkat pertama dan kedua.
Dengan test jenis ini guru bermaksud untuk mengukur seberapa jauh pengetahuan
dan pemahaman materi ajar yang dipunyai siswa dan dipergunakan untuk menilai
perkembangan belajar siswa, mengetahui kelemahan-kelemahan dan untuk
mendapatkan masukan mengenai tujuan pembelajaran yang disusun. Pilihan jawaban
pada jenis item ini ada yang bersifat bebas (free choice). misalnya soal jenis unstructured
format dan completion format dan ditetapkan/dibakukan (fixed),
misalnya True-false (yes/no) format, multiple choice format, dan
matching format. Dalam penyusunan short-answer item, guru diasumsikan telah
melengkapi tiga langkah utama, yaitu: 1) menetapkan tujuan, 2) menempatkan
tujuan-tujuan tersebut dalam bentuk kerangka isi (content outline), dan
3) menulis item sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Jenis-jenis short-answer items yang
disebut diatas punya beberapa kelemahan dan kelebihan, misalnya: dalam hal
kemudahan menjawab (seperti True/False test), kesulitan dalam penilaian
(unstructured format).
Khusus untuk jenis multiple choice format, ia adalah jenis
paling popular dalam test obyektif. Sebuah butir soal biasanya menawarkan 3-5
pilihan jawaban dengan satu jawaban yang benar. Meskipun karakteristik soal
yang baik cukup sulit dibuat, jenis ini memiliki beberapa kelebihan antara
lain:
1) Soal
yang tersusun dengan baik potensial untuk mengukur pemahaman dan aplikasi
2) Mudah
dianalisis dan dinilai
Namun
ada juga beberapa kelamahannya antara lain:
(1)
Peserta test bisa menjawab meskipun ia tidak mengerti
(2) Konstruk
evaluasi bisa bergeser menjadi test sikap daripada test pengetahuan.
(3) Untuk
mengetahui validitasnya maka perlu diadakan serangkaian uji coba, analisis dan
perbaikan sehingga memerlukan proses yang panjang dan rumit. Kesemuanya itu
adalah kelemahan dari Multiple choice format.
2.
Test Uraian/Non Objektif (Essay-type items)
Soal
jenis uraian (Essay-type items) adalah soal yang dipakai untuk mengukur
proses berpikir, yaitu: Application, Analysis, Synthesis, dan Evaluation.
Essay-type items memberi
kesempatan kepada peserta test untuk menyusun dan mengarang jawabannya sendiri
dalam batas-batas yang relatif lebih luas. Essay test mampu membuat peserta
test untuk menunjukkan kemampuannya dalam menerapkan pengetahuan dan
menganalisa, membuat sintesa, dan mengevaluasi
informasi yang diterima. Soal
jenis uraian, yang biasa disebut soal subjektif, adalah jenis soal yang mengharuskan
peserta test untuk memikirkan apa yang harus menjadi jawaban (apa yang harus
dikatakan) dan mengungkapkan ide (apa yang telah dipikirkan) sebaik mungkin. Essay-type
items mempunyai ciri-ciri dan mengukur proses berpikir sebagai berikut
a) Soal
yang mengukur “application” harus menunjukkan sesuatu yang kongkrit,
menuntut bahwa tindakan atau pilihan yang dibuat relevan dengan situasi supaya
sesuai dengan tugas yang diberikan. Tindakan (act) atau pilihan (choice)
yang dibuat harus berdasarkan pengetahuan yang telah diterima peserta test.
b) Soal
yang mengukur “analysis” punya syarat yang sama dengan soal
“application” yaitu adanya setting atau situasi dan respon atas perintah yang
terdapat dalam analisis butir soal biasanya menuntut siswa untuk mengidentifikasi
elemen-elemen khusus, hubungan-hubungan atau prinsip-prinsip yang bersifat
organisasional.
c) Soal
yang mengukur “synthesis” berupa items yang memberikan masalah-masalah
untuk dipecahkan oleh peserta test. Sintesis harus diukur dibawah kondisi yang
bisa memberikan pekerjaan yang kreatif.
d) Soal
yang mengukur “evaluation” berisi dua bagian, yaitu: 1) yang harus
dievaluasi dan 2) perintah untuk merespon (response instruction)
Essay-type items menghasilkan
jawaban (renspose) yang mungkin tidak bisa dibandingkan antara satu
jawaban dan lainnya. Disamping itu penilaian adalah satu permasalahan dari test
essay. Proses penilaiannya ternyata lebih sulit daripada pada membuat
soalnya. Sedangkan yang dinilai adalah apakah isi atau jawaban yang diberikan
oleh peserta test membuat penguji bisa menyimpulkan apakah siswa
berpengetahuan luas dalam bidang itu.
Karena pengetahuan merupakan pondasi bagi pemikiran dan keahlian pemecahan
masalah, maka beberapa pengetahuan dibutuhkan sebagai prasyarat untuk
memecahkan masalah. Kesulitan penilaian ini adalah salah satu
kesulitan/kelemahan dalam penerapan test essay. Kelemahan lainnya adalah
hasil test tersebut sulit dianalisis baik butir-butirnya maupun hasilnya.
Disamping dua jenis test tertulis
tersebut diatas, dalam KBK terdapat berbagai macam test yang mengukur baik
kinerja (performance) maupun sikap peserta didik, misal test petik kerja, test
portofolio, dan lain-lain yang juga termasuk test proses kemajuan berkelanjutan
(dibahas tersendiri)
LANGKAH PENGEMBANGAN TEST TERTULIS
Dalam KBK, secara ideal ada sembilan
langkah yang harus ditempuh dalam mengembangkan test hasil atau prestasi
belajar, yaitu:
- menyusun specifikasi test
- menulis soal test
- menelaah soal test
- melakukan uji coba test
- menganalisis butir soal
- memperbaiki test
- merakit test
- melaksanakan test, dan
- menafsirkan hasil test
Langkah awal dalam mengembangkan test
adalah menetapkan specifikasi test, yaitu berisi uraian yang menunjukkan
keseluruhan karakteristik yang harus dimiliki suatu test. Penyusunan
specifikasi test mencakup kegiatan: (a) menentukan tujuan test, (b) menyusun
kisi-kisi test, (c) memilih bentuk test, dan (d) menentukan panjang test. Dalam
test berbasis kompetensi dasar, ada tiga langkah dalam mengembangkan kisi-kisi
test, yaitu (a) menulis kompetensi daar, (b) menulis materi pokok, (c)
menentukan indicator, dan (d) menentukan jumlah soal.
PEDOMAN PENSKORAN TEST TERTULIS
Untuk
menghindari subjektivitas korektor, terutama untuk soal bentuk uraian, pedoman penskoran sangat diperlukan. Pedoman
penskoran ini merupakan petunjuk yang menjelaskan tentang batasan atau kata
kunci atau kata-kata kunci untuk melakukan penskoran terhadap soal bentuk
uraian, dan kriteria jawaban yang dipergunakan untuk melakukan penskoran pada
soal bentuk uraian non-objektif
1. Contoh untuk penskoran jawaban
tebakan (test objektif)
B
Skor
= ------- X 100
N
B =
banyaknya butir yang dijawab benar
N =
adalah banyaknya butir soal
2. Pedoman penskoran soal uraian objektif,
menggunakan skor per langkah atau isi jawaban yang sudah ditentukan dari skor
maksimum, contoh:
Langkah Kunci Jawaban Skor
1 Isi
balok = panjang x lebar x tinggi 1
2 = 150 cm x 80 cm x 75 cm 1
3 ……………………….. 1 4 ………………………..
1 5 = 900 liter
1
Skor
maksimum 5
Untuk
pendoman penskoran uraian non objektif, biasanya dipergunakan kriteria
jawaban dan rentang skor dari skor
maksimum.
PENUTUP
Tentu test yang baik adalah test yang
disusun dengan prosedur, aturan, dan teknis yang baku yang bisa memenuhi
standar validitas, baik validitas konstruk, isi, perwajahan, maupun
keandalannya dalam rentang waktu tertentu.
SUMBER BACAAN
Depdikbud, 1994. Penyusunan,
Penskoran dan Penggunaan Test Prestasi Belajar Bentuk Urian. Balitbang
Pendidikan dan Kebudayaan Depdikbud
Heaton,
J.B. 1974. Writing English Language Test. London: Longman
Kurikulum 2004
SMA, Pedoman Umum Pengembangan Penilaian: Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Provinsi Jawa Timur
Tuckman, Bruce. W.1975. Measuring
Educational Outcomes. USA: Harcourt Brace Jovanovich inc.
Weir,
Cyril J.1990. Communicative Language Testing. London: Prentice Hall.
Langganan:
Postingan (Atom)